Politik Tanpa Sekat Melki-Johni Wujudkan NTT Lebih Baik

Michael Rajamuda Bataona

KUPANG, terasntt.co — Melki Laka Lena dan Johni Asadoma siap dilantik tanggal 20 Februari 2025 di Istana Negara Jakarta menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT periode 2025 – 2030. Sebelum dilantik Melki sudah banyak melakukan lobi-lobi untuk menyiapkan segala sumber daya yang bisa menopang kepemimpinan lima tahun ke depan.

Lobi-lobi dengan berbagai kalangan ini menunjukkan spiritualitas politik duet Melki-Johni yang tanpa sekat dan batas. Keduanya mau merangkul semua pihak untuk bersama membangun NTT dalam spirit Ayo Bangun NTT.

Kepada wartawan di Kupang, Senin (17/2/2025), Analis Politik FISIP Unwira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona, mengatakan, pertemuan secara masif Gubernur Melki dengan banyak menteri, pimpinan lembaga, para elit negeri ini di Jakarta, juga bersama Wagub Jhoni bertemu elit Gerindra di HUT partai pemenang Pilpres ini di Hambalang, juga pertemuan sebelumnya dengan tokoh-tokoh NTT di Jakarta, harus dibaca sebagai manifestasi dari filsafat politik Gubernur Melki; yaitu politik kerendahan hati, politik merangkul dan memeluk siapa saja, juga politik mengajak semua pihak untuk bersama-sama bergotong royong membangun NTT.

“Artinya, sebuah filsafat politik yang dikonkritkan dalam spirit Ayo Bangun NTT. Jadi, pertama saya membacanya seperti itu. Bahwa gerak cepat Gubernur Melki adalah manifestasi dari filsafat politik yang ia hayati. Yaitu politik kerendahan hati untuk bertemu dan berbicara dengan siapa saja demi membantu percepatan pembangunan di NTT. Gerak cepat ini didorong oleh semangat dan totalitas untuk mengabdikan diri bersama Wagub Jhoni untuk NTT yang lebih maju. Ini juga sebuah ungkapan spiritualitas politik mereka berdua yang tanpa sekat. Tanpa membeda-bedakan. Atau wujud politik yang spiritnya mengajak semua pihak untuk terlibat. Sebuah model politik solidaritas total tanpa batas demi mewujudkan NTT yg lebih baik,” terangnya.

Selain itu, lanjut Michael, tentu saja sebagai politisi yang sangat paham jeroan politik nasional, Melki dan Jhoni coba menggunakan semua pengetahuan mereka. Juga sumber daya jejaring dan networking yang mereka miliki di awal. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya kekuatan, terutama mereka yang dipahami punya modal ekonomi, modal sosial yaitu jejaring, juga modal politik yaitu kekuasaan, untuk membantu duet Melki-Jhoni lima tahun ke depan.

BACA JUGA:  Akibat Mogok Kerja Dokter Anestesi di RSUD TC Hillers Pasien Meninggal Dunia, SIP Dokter Ini Terancam Dicabut

“Jadi, ibarat sebuah panggung pertunjukan, gerak cepat Gubernur Melki itu didorong oleh pengalaman panjang di jalur politik. Melki paham bahwa yang sangat menentukan di negeri ini bukanlah panggung depan atau front stage kekuasaan yang nampak dalam tetek bengek formal birokratis yang resmi. Tetapi justru back stage atau panggung belakang. Yaitu perjumpaan-perjumpaan informal, sebagai teman dan sahabat. Nah, di situlah, banyak hal bisa dibicarakan dan diungkapkan. Sehingga pertemuan dengan para menteri juga kepala lembaga bisa dipahami dalam konteks itu. Bagi Melki dan Jhoni, pertemanan dan connectivity dengan aktor-aktor kuat di Jakarta sangatlah menentukan. Itu yang akan sangat membantu nanti selama lima tahun ke depan,” tegas Michael yang juga dosen Komunikasi dan Advokasi Kebijakan.

Dengan kata lain, sebut Michael, itulah yang akan menentukan seperti apa kelak kebijakan anggaran untuk NTT. Sehingga bagi yang paham politik anggaran, memiliki dan membangun hubungan baik dan chemistry dengan semua menteri dan pimpinan lembaga adalah kunci bagi sebuah daerah mendapat support maksimal dari Jakarta.

“Pertemuan maraton yang dilakukan Gubernur Melki dilatari oleh jam terbang dan pengalaman panjang di dunia politik. Melki sangat tahu bahwa sebagian besar anggaran pembangunan negara ini dikendalikan dari Jakarta. Dari total Rp 3.600 triliun dana pembangunan tahun 2025, hanya sebagian kecil yang ditransfer ke daerah. Yaitu kurang dari 30%. Artinya, sisa dana itu, yaitu 69% hingga 70 % dari total Rp3.600 triliun itu tetap ada di Jakarta. Artinya, anggaran itu sangat tergantung power Presiden dan para menteri. Karena itu, gerak cepat Melki-Jhoni bertemu dengan semua pihak terkait adalah dalam rangka konsolidasi kekuatan dan kebijakan. Melki-Jhoni ingin berbicara dari hati ke hati dengan semua pihak untuk membantu NTT,” jelas Master Ilmu Komunikasi lulusan Universitas Padjadjaran Bandung.

BACA JUGA:  Berharap Melki Laka Lena Jadi Gubernur, Kumpulan Sopir Travel Labuanbajo Deklarasi Dukungan

Sudah Punya Kekuatan

Dia juga menjelaskan, hal berikut yang bisa dibaca adalah ada ketulusan dan keseriusan. Karena dua sosok ini, Melki-Johni, ingin mewujudkan janji-janji kampanye mereka. Terutama gebrakan besar dalam hilirisasi tanpa tambang. Gagasan besar ini hanya bisa diwujudkan jika ada topangan anggaran dan banyak program yang bisa ditarik dari Jakarta untuk masuk ke desa-desa.

“Menurut saya, dengan adanya komunikasi yang sangat intens dengan semua pihak sebelum pelantikan ini, Melki-Jhoni sudah punya kekuatan yang cukup untuk memulai. Minimal mereka akan langsung bekerja cepat usai dilantik. Sehingga bisa dikatakan bahwa secara ideal, ada optimisme bahwa di tangan Melki-Jhoni, NTT akan punya masa depan yang lebih baik. Meski semua pihak juga harus realistis bahwa keduanya bukan pesulap. Butuh waktu bagi keduanya untuk membenahi banyak hal,” tegasnya.

Sebab, sebut dia, tantangan paling besar bagi NTT saat ini adalah ruang fiskal yang sangat terbatas. Utang yang begitu besar dengan cicilan wajib setiap bulannya belasan miliar hingga tahun 2029, akan sangat menantang bagi Melki-Jhoni. Karena itu, rakyat NTT perlu mendukung upaya-upaya Melki-Jhoni ke depan untuk mengatasi masalah ini.

Cermat dan Hati-hati

Michael juga menambahkan, dalam situasi terkini di mana terjadi refocusing anggaran dan NTT terkena potongan Rp180 miliar, Melki-Jhoni harus cermat dan hati-hati dalam menyusun tim birokrasi yang bekerja dengan mereka nanti. Melki-Johni butuh tim birokrasi yang solid dan tegak lurus dengan mereka. Bukan yang punya visi misi sendiri.

“Melki-Johni garus bisa mendapat talenta-talenta terbaik dari tim birokrasi yang bisa bekerja cepat dan cerdas. Artinya, Melki-Jhoni harus menghindari birokrat-birokrat yang lamban dan tanpa talenta agar bisa mewujudkan visi dan misi Melki-Jhoni secara baik dn berhasil,” sarannya (*)