Beda Data Stunting, Melki Laka Lena Minta Kerjasama Semua Pihak

Wakil ketua komisi IX DPR RI Melki Laka Lena saat sosialisasi percepatan penurunan Stunting di Liliana, TTS, Minggu (12/5/2024)

SOE, terasntt.co — Perbedaan data stunting
antara Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) menuai polemik. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dr. Ria Tahun menyayangkan perbedaan data tersebut.

“ Stunting kita di TTS itu 20,1 persen berdasarkan EPPGBM, tapi data SKI 50 %. Berarti setengah dari anak – anak di TTS stunting. Padahal kami setiap bulan melakukan penimbangan, pengukuran panjang badan secara rutin. Jadi kami agak tidak menerima data SKI karena kami punya data by name by address,” ungkap Ria Tahun ketika Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama mitra kerja Komisi IX DPR RI melaksanakan Kegiatan Kampanye Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten/Kota di Desa Liliana, Kecamatan Nunbena, Minggu, (12/5/2024).

Walau demikian di hadapan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena, Perwakilan BKKBN NTT Desry J. Tamael, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten TTS Johny E. Payon, serta undangan lainnya, Ria Tahun mewakili penjabat bupati TTS Edison Sippa mengapresiasi perhatian dan keseriusan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena terhadap aspek kesehatan di kabupaten ini.

BACA JUGA:  Peduli Kesehatan, Melki Laka Lena Perjuangkan Puskesmas untuk Masyarakat Flotim

“ Kami mengucapakan terima kasih ke Bapa Melki Laka Lena yang sudah datang ke Liliana. Kami juga mengucapkan terima kasih karena untuk Puskesmas Taneo Top kami dapat ambulance satu, kemudian lewat program nusantara sehat kami dapat lima dokter. Dan di Liliana kami mendapat 1 orang dokter gigi,” ucap Ria Tahun.

Pada tempat yang sama Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan, stunting menjadi masalah sosial bagi semua sehingga penanganannya membutuhkan kerjasama semua pihak.

“Urusan stunting akan berhasil kalau semua pihak baik itu tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemda, puskesmas, kader posyandu, TNI/Polri semua pihak tanpa kecuali untuk bahu-membahu. Karena kalau ada anak stunting, itu masalah menjadi masalah sosial bagi semua. Kalau ada stunting menjadi masalah desa atau kampung juga, tapi kalau anak itu berhasil maka membuat daerahnya terangkat atau terbantu,” tegasnya.

BACA JUGA:  Pemkot Kupang Bersama UNICEF dan WINGS Dukung Generasi Bersih dan Sehat

Ia juga mengingatkan para suami untuk menghindari area puting susu selama ibu menyusui.

“Gizi paling baik bagi bayi adalah ASI ibunya. Sehingga ASI ekslusif harus diberikan selama 6 bulan. Dan Tolong bagi para suami menghindari area puting susu selama ibu menyusui apalagi suami itu perokok atau konsumsi miras. Karena anak itu kalau sudah cium bau rokok atau miras di puting susu maka dia tidak mau menyusui lagi,” tandasnya.(*/Igo)