KUPANG, terasntt.co — Panitia sekolah politik Academy Golkar NTT 2024 menghadirkan pengamat Politik NTT Dr. Ahmad Atang bersama dua tokoh agama P. Gregor Neonbasu, SVD, PhD dan Dr. Eben Nuban Timo di hari kedua sekolah politik, Selasa (30/4/2024) dengan tema; “Relasi antara politik, agama dan budaya”. Ketiga narasumber ini masing – masing Ahmad Atang berbicara tentang relasi politik dengan budaya dan agama, sedangkan P. Gregor Neonbasu dan pdt.Eben Nuban Timo dari sisi Antropologi Budaya dan Agama dalam kaitan dengan politik.
Menurut P.Gregor dalam pemaparannya, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bingkai budaya, masih terus dipertahankan dan diharapkan budaya itu ada di partai Golkar. Generasi muda bisa mempelajari lebih mendalam tentang budaya dalam kaitan dengan politik masa kini.
Dihadapan peserta sekolah politik dan panitia pelaksana serta moderator Deby Angkasa, Ia menjelaskan, bahwa satu hal pokok dalam kebudayaan umumnya dan secara khusus dalam antropologi ada unsur kebudayaan universal atau cultural universal. Kluckholn dalam karyanya universal categories of culture (1953), lanjut Gregor mengkaji universal dalam kebudayaan para bangsa. Berpedoman pada temuan tersebut, Koentjaraningrat mengungkap 7 unsur kebudayaan dalam semua kebudayaan dunia, yakni ; Sistim religi, kepercayaan dan upacara keagamaan. Sistim dan organisasi kemasyarakatan. Sistim pengetahuan. Bahasa. Kesenian. Sistim mata pencaharian hidup dan sistim teknologi.
Untuk itu, lanjut P. Gregor Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki butir kebudayaan yang terbilang banyak.
Umumnya ada tiga wujud atau tiga expresi dari apa yang disebut kebudayaan, antara lain ; Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide – ide, gagasan, nilai – nilai, norma – norma, peraturan, pandangan hidup dan lain sebagainya. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Dan wujud budaya sebagai benda – benda hasil karya manusia.
Demikian juga Pdt. Eben Nuban Timo, bahwa budaya dan agama dipahami sebagai peran tiga batu tungku dalam menopang kehidupan masyarakat.
” Budaya, agama dan pemerintah tidak bisa dipisahkan. Ketiganya merupakan satu komponen dalam kehidupan masyarakat di setiap daerah,” ujarnya.
Sementara, Ahmad Atang dalam pandangannya, bahwa hubungan antara agama dengan negara itu menjadi satu kesatuan seperti yang terjadi di negara barat. Namun ada perbedaan di setiap negara, seperti Indonesia dipahami
gereja mengurus umat dan negara mengurus rakyat.
Menurutnya pada jaman orde baru kekuatan negara sangat besar sehingga berpengaruh kepada agama, dimana simbol partai disesuaikan dengan pemerintah. Dalam perjalanan ada partai yang bersimbol Islam, namun berakhirnya Orde baru dan reformasi 1998 mulai memanfaatkan momentum itu kembali kembali ke simbol agama.
Menurut pengamat politik ini, analisis relasi antara agama dan budaya, bahwa ada kondisi yang dicermati dimana masyarakat mudah tersulut apabila ada isu yang berbau agama. Hal ini bisa dianalisis dari tiga pandangan, bahwa perbedaan yang berasal dari suku, ras dan agama lahir dari kepentingan dalam masyarakat dan pandangan instrumen untuk mencapai kekuasaan dan itu selalu mengandalkan ayat – ayat agama.
” Politik dan budaya itu harus lahir dari kekuatan agama dan budaya. Ini penting untuk memperkuat generasi kedepan yang kuat budayanya dan kuat agamanya,” ujar Atang.(m45)