Perkuat Ekonomi Masyarakat Perbatasan, Gubernur Melki Resmikan NTT Mart

Gubernur NTT Melki Laka Lena meresmikan NTT Mart di Atambua, Senin (1/12/2025)

ATAMBUA, terasntt.co — Gubernur NTT Melki Laka Lena meresmikan NTT Mart by Dekranasda Belu sebagai pusat pemasaran produk lokal. Program ini tersebut memperkuat ekosistem ekonomi masyarakat di perbatasan Indonesia–Timor Leste.

Acara peresmian berlangsung di Galeri Tenun Jalan Marsda Adi Sucipto, Haliwen, Atambua, Kabupaten Belu, Senin (1/12/2025) ini dihadiri pula Anggota DPRD NTT Agus Nahak, Bupati Belu Willybrodus Lay, Wakil Bupati Belu Vicente Hornai Gonsalves, Forkopimda Belu, Sekda Belu, Kadis Perindag NTT Soni Libing, pimpinan perangkat daerah Belu, serta Kepala SMA Surya, Romo Benyamin Seran.

Pada kesempatan itu Gubernur Melki menegaskan, bahwa NTT Mart menjadi bagian dari gerakan besar mendorong masyarakat NTT memproduksi dan mengonsumsi produk lokal secara konsisten.

“NTT Mart adalah gerakan agar masyarakat NTT mencintai, memproduksi, dan mengonsumsi produk lokal. Kalau barang ada di NTT, tidak perlu beli dari luar,” katanya.

Melki menyebut gagasan ini sejalan dengan kampanye nasional di masa Presiden Soeharto “Aku Cinta Indonesia” dan konsep Trisakti Presiden Soekarno yang menekankan kemandirian ekonomi. Spirit tersebut kini diterjemahkan dalam gerakan “Aku Cinta Produk NTT”.

Menurut Melki produk lokal harus menjadi pilihan utama, sementara produk luar hanya pelengkap. Walau demikian diakuinya tantangan terbesar UMKM di NTT adalah kontinuitas produksi.

“Banyak UMKM mampu memproduksi, tapi tidak konsisten bulanan. Inilah yang membuat pasar kita tidak berkembang,” tegasnya.

BACA JUGA:  Perkuat Komitmen dalam Melindungi Data Pribadi, Indosat Ooredoo Hutchison Dukung Digitalisasi Aman dan Merata di Indonesia

Ia mencontohkan potensi olahan jantung pisang yang dapat menghasilkan nilai tambah tinggi jika diolah dan dikemas dengan baik. Ia menekankan perlunya mengubah pola ekonomi lama “tanam–panen–jual mentahan” menjadi olah–kemas–jual, agar nilai ekonomi kembali kepada masyarakat.

Sebagai langkah memperkuat perputaran ekonomi lokal, Gubernur Melki mengumumkan kewajiban belanja produk lokal bagi ASN menjelang Natal dan Tahun Baru.

“ASN diwajibkan membeli minimal Rp100 ribu produk dari NTT Mart. Dengan 4.000–5.000 ASN di Belu, ada potensi perputaran uang sekitar Rp 5 miliar dalam satu periode belanja,” ujarnya.

Gubernur menegaskan, kebijakan ini lazim diterapkan di negara maju untuk menggerakkan ekonomi lokal dan tidak membebani ASN karena kebutuhan konsumsi tetap ada setiap akhir tahun.

Mantan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI ini mengapresiasi inovasi pelajar SMK, termasuk kompor induksi buatan siswa SMK 4 Kupang yang akan didorong masuk ke NTT Mart.

Gubernur Melki meminta penguatan program One School One Product (OSOP) dan One Community One Product (OCOP) sebagai penggerak ekonomi dari akar rumput.

Sebagai wilayah perbatasan, standar produk Belu harus lebih tinggi. Karena itu, pemerintah akan melibatkan Balai POM dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

BACA JUGA:  Inovasi Hebat, Masyarakat Belu yang Sehat, Berkarakter dan Kompetitif 

“Belu adalah gerbang internasional Indonesia–Timor Leste. Produk UMKM harus memenuhi standar nasional dan internasional,” tegasnya.

Gubernur juga mendorong kabupaten/kota mengusulkan UMKM yang layak untuk memperoleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI, Bank Mandiri, maupun Bank NTT.

“Dana KUR nasional ratusan triliun harus dimanfaatkan untuk menggerakkan UMKM NTT. Masyarakat jangan takut mengakses modal,” katanya.

Ia turut mengungkap rencana kerja sama antara Pemerintah Provinsi NTT dan Tiongkok, seperti pembangunan Pusat Bahasa Mandarin Indonesia Timur di Kupang, kerja sama sister city Belu–Jinggangshan, peluang investasi pengolahan kayu, serta pengembangan desa wisata.

Pada kesempatan yang sama Bupati Belu Willybrodus Lay menegaskan, bahwa NTT Mart merupakan langkah strategis memperluas pemasaran produk lokal di perbatasan.

“Dengan penduduk NTT lima juta jiwa, sudah selayaknya hadir pasar modern khusus untuk produk lokal,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa Atambua dipilih sebagai lokasi launching pertama karena berada di jalur utama perjalanan warga Timor Leste menuju Kupang.

“Setiap hari ada 5–7 bus dari Timor Leste yang selalu singgah makan siang di Atambua. Dengan kondisi ini, NTT Mart bisa menjadi pusat perhentian dan belanja produk lokal,” jelasnya.

Bupati mengusulkan agar lokasi tersebut dikembangkan menjadi rest area perbatasan lengkap dengan pujasera kuliner khas NTT.(**)