KUPANG, terasntt.co– Peralihan Musim Kemarau ke musim penghujan tahun 2024 berdampak signifikan terhadap pertumbuhan awan dan hujan di wilayah Nusa Tenggara Timur. Musim penghujan di NTT diprediksi lebih awal pada bulan Oktober-November 2024 dengan intensitas curah hujan lebih basah.
“Umumnya musim hujan 2024-2025 di wilayah NTT akan datang lebih awal hingga sama dengan normalnya dengan sifat hujan umumnya lebih basah atau diatas normal dari kondisi biasanya,”kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Nusa Tenggara Timur, Rahmattuloh Adji, SP., didampingi Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT Prisila Q. Parera, SE., Kalak BPBD NTT, Ir. Cornelis Wadu, M.Si., dan Plt. Kadis Pertanian dan Ketahan Pangan Provinsi NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda saat jumpa pers di lantai 1 Kantor Gubernur NTT, Jumat (27/9/2024).
Adji menjelaskan, terkait pertumbuhan awan dan hujan di NTT, hingga awal September 2024 pemantauan anomali iklim global samudera Pasifik ekuator menunjukkan enso berada kondisi netral dengan nilai anomali suhu di samudera Pasifik bagian tengah dan timur atau disebut dengan Nino tiga empat sebesar minus 0,29.

“Dari total 28 zom (zona musim) di Nusa Tenggara Timur, ada satu zom yang akan mengawali musim hujan di bulan Oktober 2024 sekitar dasarian tiga kurang lebih tiga persen meliputi Manggarai barat bagian timur, Manggarai tengah dan Manggarai timur bagian Tengah, sedangkan 19 zom atau 68 persen itu awal musim hujannnya terjadi pada bulan November 2024. Sementara untuk 8 zom atau 29 persen musim hujan terjadi pada bulan Desember 2024,” jelasnya.
Berdasarkan hal tersebut, lanjutnya, perkiraan musim hujan maju atau lebih cepat dari normalnya yaitu ada 11 zom atau 39 persen.
Ia menghimbau kepada pemerintah dan instansi terkait dan seluruh masyarakat NTT untuk lebih siap dan antisipasi terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi selama periode musim hujan.
“Kami menghimbau kepada pemerintah, institusi terkait dan kepada seluruh masyarakat lebih siap dan antisipatif terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi selama periode musim hujan,” ujarnya.
Menanggapi informasi Parkiraan Iklim dari BMKG tersebut Plt. Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda mengatakan bahwa informasi dari BMKG sangat penting untuk pihaknya agar dapat menyampaikannya ke para petani melalui edukasi pertanian dan mitigasi sektor pertanian.
Dijelaskannya, langkah antisipasi terkait El Nino dan El Nina pihaknya akan menyiapkan benih tanaman berkualitas untuk petani.
“Untuk mempersiapkan musim hujan ini, kami bersama dukungan dari Apbd satu maupun kementerian pertanian dan Badan Pangan Nasional menyiapkan benih-benih tanaman untuk kecukupan kita. Dari sisi program memang tidak mencukupi dari sisi luas area tanam kita, kalau padi itu hampir 186 ribu hektar dan jagung 260 an hektar. Dari sisi program memang terban 10 sampai 15 persen dari sisi fiskal yang terbatas. Tapi dari itu kita coba optimalkan bagimana petani dengan swadayanya bisa menghasilkan produktivitas yang baik dengan benih-benih yang bermutu dan berkualitas,”jelasnya.
Sementara dari sisi Brigade Alsintan (Alat Mesin Pertanian), lanjut Joaz Billy, pihaknya akan menggerakkan Alsintan untuk pengolahan lahan persiapan musim hujan. Total alat mesin Pertanian yang ada di provinsi sekitar 64 buah yang sudah di berikan kepada beberapa Kabupaten untuk pengolahan lahan.
“Untuk Brigade alat mesin Pertanian kita gerakkan untuk pengolahan lahan persiapan musim hujan. Kita memiliki sekitar 64 Alsintan yang sudah dibagi ke beberapa Kabupaten. Di Kabupaten juga memiliki Alsintan baik roda dua maupun roda empat yang secara masif bergerak bersama sama untuk pengolahan lahan. Dan nanti di sekitar bulan Oktober-November persiapan lahan bagi petani-petani kita. Dan berikutnya kita akan melakukan kesiapan dari sisi mitigasi untuk bersama sama dengan petani hadir melakukan kegiatan-kegiatan pertanian,”ujarnya.
Sementara pada kesempatan yang sama, Kalak BPBD NTT, Cornelis Wadu menjelaskan, bahwa untuk langkah antisipasi kekeringan di musim kemarau, pihaknya telah difasilitasi BNPB yaitu tiga titik sumur bor untuk setiap Kabupaten.
“Untuk antisipasi kekeringan pada musim kemarau ini kami difasilitasi BNPB setiap Kabupaten ada tiga sumur bor, minus Kota Kupang. Dan yang ada pendanaannya 12 titik. Sehingga 20 titik ini sekarang sedang berproses dan sudah berjalan. Dan untuk pengerjaannya tahap 1 ini setiap Kabupaten tiga sumur bor dengan anggarannya sekitar 400 sampai 700 juta per titik agar masyarakat tidak kekuarangan sumber air di musim kemarau,”paparnya.
Yang berikut, kata Kalak Cornelis, pihaknya menyiapkan mitigasi bencana yang kemungkinan terjadi. Menurutnya wilayah NTT lebih rawan bencana gempa, longsor, dan gunung berapi. Ia mencontohkan erupsi gunung berapi di Flores Timur yang hingga sekarang masih terjadi. Dan erupsinya sampai wilayah Ende dan Sikka.
“Minggu kemarin kami minta kawan-kawan BPBD untuk melakukan gladi dan simulasi terkait kedepan ini bisa saja terjadi kebakaran hutan karena transisi dari kemarau ke musim hujan itu petani lebih condong lebih cepat membersihkan lahan dengan cara membakar. Untuk itu kami melakukan gladi dan simulasi terkait hal itu,”tuturnya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk terus memantau perkembangan melalui website resmi BPBD NTT.
“Kami tetap intens terus menyampaikan informasi dan perkembangan melalui bpbd.nttprovinsi.co.id,”tandasnya.
(ran)