BAJAWA, terasntt.co — Memastikan program pemerintah pusat Makan Bergizi Gratis (MBG) Gubernur NTT, Melki Laka Lena, meninjau langsung Sentra Penyediaan Pangan Gizi (SPPG) Ngedukelu, Kabupaten Ngada. Ia menegaskan pentingnya pengaturan pasokan bahan pangan agar program ini tidak menimbulkan inflasi di daerah.
“Kita harus pastikan agar MBG ini tidak menjadi penyebab naiknya harga pangan di daerah. Untuk itu, pasokan bahan baku harus diatur dengan jalur distribusi sendiri,” kata Melki, di Bajawa, Rabu (9/4/2025).
Menurut Melki, program MBG merupakan salah satu terobosan penting dari Presiden Prabowo Subianto. Program ini bukan sekadar bantuan makanan, tetapi bagian dari jaring pengaman sosial yang juga menciptakan lapangan kerja serta menggerakkan ekonomi masyarakat dari bawah.
Gubernur Melki memuji desain program MBG yang dinilainya sangat tepat sasaran. “Kalau dulu bantuan sosial diberikan dalam bentuk uang atau barang, sekarang masyarakat diberi kesempatan kerja untuk menyiapkan makanan bergizi, dan ini sangat berdampak luas. Uang berputar, gizi terpenuhi, dan masyarakat dapat penghasilan,” ucapnya.
Ia mencontohkan satu dapur MBG di Ngada saja, lebih dari 50 tenaga kerja dilibatkan. Selain itu, sekitar 90 orang petani dan pelaku UMKM turut mendapatkan penghasilan dari pasokan bahan pangan.
Sebanyak 2035 Siswa Penerima Manfaat
Pada kesempatan yang sama Kepala SPPG Ngedukelu Maria Yasinta Dhiu, menjelaskan sejak mulai beroperasinya 24 Februari 2025, pihaknya telah melayani 2.035 siswa dari empat sekolah: SDI Lebijaga, SMP Negeri 2, STM, dan SLB. SLB ditambahkan sebagai penerima manfaat setelah tim melihat kebutuhan besar dari siswa berkebutuhan khusus tersebut.
“Awalnya kami hanya melayani 1.966 siswa, namun kami tambah SLB karena mereka sangat membutuhkan. Ke depan, kami targetkan bisa menjangkau hingga 3.500 siswa,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan tantangan utama adalah ketersediaan bahan baku seperti buah segar, yang pasokannya masih terbatas. Untuk itu, tim SPPG kerap mencari alternatif agar kebutuhan tetap terpenuhi.
Libatkan UMKM
Rudi A. Wogi dari Yayasan Komunitas Inovasi Rumpun Bambu, yang bermitra dalam pengelolaan SPPG, menyoroti manfaat besar dari program ini. Dana langsung mengalir ke petani, koperasi, dan UMKM.
“Kami bisa lihat manfaatnya langsung. Anak-anak makan bergizi, petani dan UMKM dapat penghasilan. Tapi kendala utama tetap ada pada pasokan bahan, terutama buah-buahan. Maka, perlu sinergi antar-sektor untuk mengantisipasi hal ini,” katanya.
Pemda Ngada Bentuk Satgas Khusus MBG
Kaitan dengan program MBG ini Pemda Ngada segeraembentuk Satgas Khusus.
Bupati Ngada, Raymundus Bena, berkomitmen untuk mendukung program ini secara total. Ia mengaku sempat pesimis dengan program MBG, namun kini melihat dampaknya yang nyata terhadap ekonomi masyarakat.
“Kami akan bentuk Satgas Khusus MBG dan dorong lebih banyak membuka dapur. Targetnya, hingga akhir tahun bisa ada hingga 18 dapur aktif untuk menjangkau seluruh siswa,” kata Bupati.
Raymundus menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah, pengusaha lokal, dan masyarakat agar program ini bisa berjalan lancar dan tidak mengganggu kestabilan harga pangan.(*)