KUPANG, terasntt.co — Dalam rangka Penguatan Birokrasi dan perputaran ekonomi masyarakat di perbatasan RI – Timor Leste, sebanyak 677 pejabat struktural eselon II, III dan IV Setda Provinsi NTT mengikuti Retret kepemimpinan di Kampus Politeknik Universitas Pertahanan RI Ben Mboi, Atambua selama 10 hari. Kegiatan yang diselenggarakan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) ini berlangsung dalam dua gelombang, yakni tanggal 23 – 27 September dan gelombang kedua 1 – 5 Oktober 2525.
Kegiatan ini menuai beragam tanggapan dari masyarakat. Ada yang mendukung karena dianggap penting untuk memperkuat kualitas birokrasi, tetapi ada pula yang mengkritisi alokasi anggaran yang mencapai miliaran rupiah.
Ketua Panitia Penyelenggara yang juga Kepala BKD NTT, Yosef Rasi, menegaskan bahwa retret ini merupakan tindak lanjut dari evaluasi enam bulan pertama kepemimpinan Gubernur Melki Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma.
“Retret ini bukan sekadar meniru daerah lain. Substansinya adalah memperkuat soliditas, disiplin, dan kinerja birokrasi agar mampu menjawab tantangan nyata pembangunan NTT,” kata Yosef di Kupang, Senin (22/9/2025).
Menurutnya kegiatan di UNHAN relevan dengan kebutuhan daerah karena model pendidikan vokasi yang diterapkan kampus pertahanan bisa diadaptasikan dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan.
Selain itu lanjutnya, Retret kepemimpinan juga diarahkan untuk mendukung target Pendapatan Asli Daerah (PAD) NTT Rp 2,8 triliun pada 2026. Untuk mencapainya, birokrasi dituntut memiliki pemimpin yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga mampu menggerakkan seluruh potensi daerah secara efektif.
Peserta retret berasal dari unsur pimpinan di setiap unit dan sub-unit organisasi pemerintah provinsi. Mereka akan dibekali materi kepemimpinan, bela negara, hingga praktik baik pembangunan dari sejumlah narasumber, termasuk dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan, Kejaksaan Tinggi, serta Badan Pendapatan dan Aset Daerah Provinsi Bali.
Menurut Yosef untuk kelancaran retret tersebut Pemerintah Provinsi NTT mengalokasikan dana sebesar Rp 1 miliar. Dana tersebut digunakan untuk transportasi, akomodasi, konsumsi, dan narasumber.
“Tidak ada uang saku bagi peserta. Bahkan peserta dari cabang dinas dan UPTD di luar Pulau Timor menanggung sendiri biaya perjalanan ke Kupang,” ujarnya.
Menurut dia, Kampus UNHAN Atambua yang dipilih sebagai lokasi retret, karena lebih kondusif dibandingkan hotel atau kantor. Selain bernuansa disiplin dan bela negara, kampus ini juga merupakan aset strategis nasional yang berada di NTT dan patut dimanfaatkan.
Selama retret, kata Yosef peserta diwajibkan menyusun dan mendiskusikan rencana aksi jangka pendek, menengah, dan panjang yang akan dijalankan setelah kegiatan selesai. Rencana aksi itu diarahkan pada percepatan pencapaian visi-misi gubernur dan wakil gubernur, termasuk strategi meningkatkan PAD.
Kegiatan ini juga dirancang agar memberi dampak nyata bagi masyarakat, yakni melalui bakti sosial dan bantuan kepada warga sekitar. Selain itu, ada multiplayer effect bagi ekonomi lokal karena peserta akan menggunakan jasa transportasi, konsumsi, dan membeli produk UMKM setempat.
Tak Ada Pemborosan
Menyikapi kritik publik, Yosef menkelaskan bahwa retret kepemimpinan bukan pemborosan anggaran. “Ini adalah investasi sumber daya manusia. Justru kegiatan ini memperkuat fokus pelayanan masyarakat agar semakin optimal,” ucapnya.
Ia menambahkan, kritik masyarakat tetap akan dijadikan bahan evaluasi agar pelaksanaan serupa di masa depan semakin transparan, akuntabel, dan bermanfaat nyata bagi masyarakat NTT.
Di tengah tuntutan publik terhadap pelayanan yang cepat dan efektif, langkah memperkuat kepemimpinan birokrasi menjadi taruhan penting. Retret ini menjadi momentum konsolidasi arah pembangunan yang berujung pada perubahan nyata di lapangan. Retret itu dipandang sebagai investasi dalam bentuk peningkatan kapasitas aparatur yang benar-benar bermuara pada kesejahteraan rakyat.(*)